Mengenal Desa Penglipuran, Permata Tersembunyi dari Bali

Di tengah hiruk-pikuk modernisasi dan arus globalisasi yang menggempur budaya lokal, ada satu desa di Bali yang tetap kokoh menjaga nilai-nilai leluhur dan tradisi turun-temurun. Desa Penglipuran, terletak di Kabupaten Bangli, menjadi salah satu desa adat yang terkenal akan kebersihannya, tatanan arsitekturnya, serta kehidupan masyarakatnya yang harmonis dan disiplin.
Desa ini bukan hanya destinasi wisata, melainkan cerminan hidup selaras dengan alam dan budaya. Banyak yang menyebut Penglipuran sebagai desa terbersih di Indonesia, bahkan dunia.
Sejarah dan Asal-Usul Nama Desa Penglipuran
Dari Kata “Pengeling Pura”
Nama “Penglipuran” diyakini berasal dari kata “Pengeling Pura” yang berarti mengingat tempat suci leluhur. Ini mencerminkan filosofi warga desa yang hidup dengan semangat menghormati leluhur, tradisi, dan alam.
Desa Adat yang Bertahan Ratusan Tahun
Masyarakat Penglipuran adalah bagian dari masyarakat adat Bali yang masih memegang teguh sistem sosial dan hukum adat bernama Awig-Awig. Sistem ini sudah diwariskan turun-temurun sejak zaman kerajaan dan masih berlaku hingga kini, menjadi fondasi kuat dalam menjaga keteraturan dan keselarasan kehidupan warga desa.
Keunikan Desa Penglipuran yang Membuatnya Istimewa
1. Tata Letak Desa yang Simetris dan Filosofis
Desa Penglipuran dibangun mengikuti konsep Tri Mandala, yaitu:
-
Utama Mandala (zona utama/suci) – berada di bagian atas desa
-
Madya Mandala (zona tengah/tempat tinggal)
-
Nista Mandala (zona bawah/tempat aktivitas duniawi)
Susunan rumah penduduk di kiri dan kanan jalan desa sangat rapi dan simetris, menciptakan nuansa estetis yang unik. Tidak ada rumah yang lebih tinggi atau mewah dari yang lain. Semuanya tampak seragam dan seimbang, mencerminkan nilai kesetaraan dan kebersamaan.
2. Arsitektur Tradisional yang Terjaga
Setiap rumah di desa ini memiliki gerbang khas Bali yang disebut “Angkul-Angkul”. Bangunan rumah pun masih mempertahankan bentuk tradisional Bali, menggunakan bahan-bahan alami seperti bambu dan tanah liat. Tak satu pun rumah di desa ini dibangun secara modern tanpa izin adat.
3. Tidak Ada Kendaraan Bermotor di Dalam Desa
Untuk menjaga ketenangan dan kebersihan, kendaraan bermotor dilarang masuk ke dalam desa utama. Pengunjung maupun warga harus berjalan kaki saat berada di area perkampungan. Ini memberikan suasana damai dan bebas polusi, sangat langka di era sekarang.
4. Sistem Sosial Adat yang Kuat
Desa Penglipuran masih menggunakan sistem Banjar, yaitu organisasi sosial adat Bali yang mengatur kegiatan keagamaan, sosial, hingga pembangunan. Setiap warga wajib ikut serta dalam kegiatan gotong royong, upacara adat, dan menjaga lingkungan bersama-sama.
Komitmen Terhadap Kebersihan dan Lingkungan
1. Desa Tanpa Sampah Plastik
Desa Penglipuran dikenal sebagai pelopor desa bebas sampah plastik. Warga menggunakan bahan-bahan alami seperti daun pisang, bambu, dan rotan dalam kehidupan sehari-hari. Kesadaran lingkungan sangat tinggi, bahkan sebelum kampanye “go green” populer secara global.
2. Tempat Sampah Tersusun Rapi
Di sepanjang jalan desa, tersedia tempat sampah organik dan non-organik yang ditata rapi. Tidak ada sampah berserakan. Warga dan pengunjung sama-sama menjaga kebersihan, menjadikan desa ini layak disebut sebagai desa terbersih di dunia versi majalah dan media internasional.
Kehidupan Sehari-Hari Warga Penglipuran
1. Tradisi dan Upacara Adat
Kehidupan warga sangat erat dengan tradisi Hindu Bali. Upacara seperti Ngaben (pembakaran jenazah), Galungan, dan Kuningan masih dilaksanakan dengan khidmat. Pengunjung bisa melihat langsung kearifan lokal yang hidup dalam kehidupan sehari-hari.
2. Keharmonisan Sosial
Hampir tidak ada konflik antarwarga di Desa Penglipuran. Hal ini karena mereka hidup dalam semangat gotong royong dan aturan adat yang jelas. Semua keputusan penting diambil bersama-sama melalui musyawarah banjar.
3. Pariwisata Tanpa Mengorbankan Budaya
Meski jadi tujuan wisata terkenal, warga tetap menjaga agar budaya dan adat tidak hilang oleh komersialisasi. Pengunjung hanya diizinkan masuk hingga batas tertentu, dan harus menghormati aturan adat selama di desa.
Penghargaan dan Reputasi Internasional
Desa Penglipuran sudah banyak menerima penghargaan, seperti:
-
Kalpataru untuk pelestarian lingkungan
-
Desa Wisata Terbaik dari Kementerian Pariwisata RI
-
Masuk dalam daftar Desa Terbersih di Dunia bersama Giethoorn (Belanda) dan Mawlynnong (India)
Reputasi ini tidak dibangun dalam semalam, tapi hasil konsistensi warga dalam menjaga tradisi dan lingkungan selama puluhan tahun.
Inspirasi yang Bisa Diambil dari Desa Penglipuran
1. Harmoni Manusia dengan Alam
Penglipuran mengajarkan bahwa manusia bisa hidup nyaman tanpa harus merusak lingkungan. Mereka hidup berdampingan dengan alam secara alami.
2. Budaya adalah Aset Bernilai
Di saat banyak daerah kehilangan identitas budaya, Desa Penglipuran membuktikan bahwa budaya bisa menjadi daya tarik wisata dan sumber ekonomi tanpa kehilangan nilai sakralnya.
3. Disiplin Kolektif Menciptakan Peradaban
Kebersihan dan keteraturan di desa ini bukan karena aturan pemerintah, tapi karena kesadaran kolektif dan aturan adat. Ini pelajaran bahwa perubahan besar bisa dimulai dari komunitas kecil yang disiplin.
Kesimpulan: Penglipuran, Lebih dari Sekadar Destinasi
Desa Penglipuran bukan hanya objek wisata, tapi cermin peradaban yang hidup. Ia menunjukkan bagaimana budaya, lingkungan, dan masyarakat bisa menyatu dalam harmoni. Dalam dunia yang semakin hiruk-pikuk dan cepat berubah, Penglipuran hadir sebagai pengingat bahwa nilai-nilai tradisi dan gotong royong tidak lekang oleh waktu.
Bagi siapa pun yang berkunjung ke desa ini, bukan hanya keindahan yang akan ditemukan, tapi juga pelajaran tentang kesederhanaan, ketulusan, dan hidup yang bermakna.
